Selasa, 11 September 2012

ISTIGHFAR SEBAGAI JALAN KELUAR

Pada suatu hari, secara bergantian, Hasan al-Basri didatangi tiga orang yang ingin berkonsultasi dan meminta solusi. Orang pertama mengadukan masalah ladangnya kering, puso, dan gagal panen akibat sudah lama tidak turun hujan. Sehingga dia merasa cemas akan masa depan anak-anaknya yang semakin hari semakin membutuhkan banyak biaya. Orang kedua curhat soal pernikahannya yang belum kunjung dikaruniai keturunan padahal sudah bertahun-tahun menikah, sudah berusaha mendatangi dokter dan mencari aneka pengobatan yang memungkinkan mendapat “buah hati”. Sedangkan orang ketiga mengadukan nasibnya yang tak kunjung berubah sebagai fakir miskin. Ia sudah bosan menjadi orang miskin, dan ingin menjadi orang kaya dan hidup sejahtera.

Kepada ketiga orang itu, Hasan al-Basri pun member nasehat sama. Nasihat beliau, “Perbanyaklah istighfar di rumahmu, di jalan, di pasar, di tempat kerja, di manapun dan kapanpun, karena engkau tidak tahu kapan ampunan Allah itu turun”! Beliau lalu membacakan firman Allah SwT: “Maka Aku katakan kepada mereka, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia itu Maha Pengampun. (Dengan beristighfar) niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (Nuh [29]: 10-13).
Mereka lalu melakukan refleksi dan berintrospeksi diri. Masing-masing mengakui dan berkata dalam hati: “Selama ini aku termasuk kurang beristighfar kepada Allah, sekaligus kurang percaya kepada kebesaran-Nya”. Mereka sepakat untuk menjadikan istighfar sebagai jalan keluar pertama dan paling utama dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Setelah mengamalkan nasihat Hasan al-Basri tersebut, tidak lama kemudian, Allah SwT pun menurunkan hujan, memberikan keturunan, dan menganugerahi kekayaan kepada tiga orang tersebut, sehingga ketiga orang tersebut mendapat jalan keluar dan memperoleh apa yang selama ini mereka dambakan.
Sekelumit kisah tersebut menarik untuk dijadikan pelajaran, terutama bagi kita yang hampir selalu dihadapkan pada berbagai persoalan sulit dan rumit. Mengapa istighfar layak menjadi jalan keluar? Setidaknya ada lima keutamaan istighfar sebagai berikut:
Pertama, orang yang beristighfar itu adalah orang yang selalu berkesadaran dan berketetapan hati untuk mau mengingat dan mendekat kepada Allah SwT. Istighfar merupakan pintu masuk kasih saying Allah. Orang yang mengingat-Nya pasti tidak akan dilupakan oleh-Nya, permohonannya pasti akan dipenuhi. Mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya merupakan kunci disayangi oleh-Nya.
Kedua, membiasakan istighfar digaransi oleh Nabi Muhammad saw untuk selalu dimudahkan segala urusan. Sabda Nabi, “Siapa yang membiasakan istighfar, maka Allah selalu memberikan jalan keluar bagi setiap kesempitan hidupnya, memberikan kemudahan bagi setiap kesulitannya, dan memberikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud). Ampunan dari Allah SwT merupakan awal dari terbukanya pintu-pintu langit yang disusul dengan aneka karunia-Nya yang tak terhingga.
Ketiga, istighfar dapat menjauhkan kita dari murka dan azab Allah. Bahkan Allah sangat murka kepada orang yang tidak mau beristighfar. (Al-Anfal[8]: 33). Ampunan Allah SwT menandai hilangnya murka-Nya kepada hamba-Nya; jika hamba tidak dimurkai, berarti sangat disayangi. Kalau hamba disayangi, pasti apapun yang diminta akan diberi.
Keempat, istighfar merupakan amalan jitu untuk menjauhkan diri dari godaan setan. Menurut ibn al-Jauzi, setan atau iblis itu membinasakan anak Adam dengan (merayunya) berbuat dosa, akan tetapi mereka itu membinasakanku dengan beristighfar dan mengucapkan la ilaha illa Allah. Jika setiap muslim mau beristighfar dengan sepenuh hati, niscaya setan menjauh darinya, dan hati menjadi semakin bersih.
Kelima, istighfar itu amalan utama yang tidak pernah ditinggalkan oleh para Nabi dan Rasul. Bahkan Nabi saw, yang ma’shum (terpelihara dari berbuat dosa) dan telah digaransi oleh Allah masuk surge, tetap selalu beristighfar lebih dari seratus kali dalam sehari semalam. Nabi Adam as, misalnya pernah beristighfar berikut: “ Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami tergolong orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf[7]: 23).
Jadi, istighfar itu merupakan senajata spiritual yang ampuh bagi setiap Muslim yang percaya kepada kebesaran, keagungan, kemuliaan, dan kemurahan Allah SwT. Jadi, mulailah pencarian solusi persoalan hiudup kita yang semakin hari semakin sulit dan rumit ini dengan banyak beristighfar, niscaya Allah akan member jalan keluar yang terbaik bagi kita. Allah pasti tidak akan pernah meninggalkan kita, selama kita mau membersihkan diri dengan beristighfar. Istighfar ternyata bukan sekedar memohon ampun, tetapi merupakan jalan keluar.
Sumber: Suara Muhammadiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar